Danshi no Blog - Ini nih lanjutanx. Silakan dibaca teman2.
“Aa iya ka?”
“Bener tau!”
“Jelas saja banyak yang gak mau
sama dia!”
“Ahaha!”
Walaupun aku sudah tidak
memperdulikan suara mereka. Tapi kenyataan aku masih merasa terganggu dengan
keberisikannya. Aku jadi tidak berniat untuk mengerjakan tugasku ini disekolah.
Kututup bukuku itu dan kusimpan
kedalam tas. Setelah itu untuk menghabiskan waktu kukira lebih baik main game
di HP saja, pikirku.
Ketika kedua tanganku sedang
memegang HP, tiba-tiba HP-ku bergetar. Kulihat ada panggilan telpon yang masuk,
namun nomor itu tidak aku kenal.
Aku pikir lebih baik aku abaikan
saja dan menunggu sampai berhenti bergetar.
Tapi sudah beberapa menit terlewati
dan HP-ku tetap saja bergetar. Kulihat tetap saja nomor yang tidak aku kenal
itu yang menelponku tanpa henti. Karena waktuku sudah terbuang percuma karena
menunggu, akhirnya aku mengangkatnya.
“Halo!”
Tidak ada suara orang yang aku
dengar. Jawaban yang aku terima juga hanya suara berisik seperti suara dari
siaran TV yang sedang tidak ada sinyal.
Aku kira ada orang usil yang
mencoba mengerjaiku disiang bolong ini.
Kulihat semua wajah orang-orang
yang ada dikelasku. Aku pikir pasti diantara mereka ada yang berniat untuk
mengerjaiku. Tapi aku tidak menemukkan sama sekali orang yang mencurigakan.
Lebih baik aku aku abaikan saja, pikirku.
Aku terlalu PD sekali kalau
diantara mereka semua ada yang berniat untuk mengerjaiku. Apalagi aku hanya
sebagai angin disekeliling mereka.
Saat aku pegang lagi HP-ku, untuk
yang kesekian kalinya HP-ku bergetar lagi. Dan kulihat tetap saja yang menelpon
dari nomor yang tadi.
Aku tidak mau ambil pusing langsung
saja ku matikan HP-ku dan kutaruh disaku baju. Pada akhirnya tidak ada yang
bisa kulakukan lagi selain duduk diam dan memerhatikan cewe-cewe yang merumpi
didepanku sambil menunggu guruku datang.
Kadang beginilah kehidupan
sekolahku. Tidak ada yang menarik maupun juga tidak memiliki teman. Tidak ada
yang menarik, bukan? Alasannya? Kalau aku mau aku ingin sekali menjadi cowo
yang normal dan memiliki teman seumuran denganku. Tapi kau tahukan kalau diriku
mengidap penyakit kejiwaan. Kadang karena penyakit ini menghambatku untuk bisa
memiliki teman maupun juga menjalani kehidupan sosial seperti biasanya.
Agak mengesalkan bukan? Tapi aku
tidak merasa kecewa karena kekecewaanku hanya untuk adikku yang hilang, jadi masalah tidak punya
teman tidak terlalu menjadi persoalan besar buatku.
Tidak lama ku melihat dari luar
pintu kelas ada guru yang berjalan kekelasku. Akhirnya waktu yang aku
tunggu-tunggu datang juga.
Kelasku memang sangat bagus dan
rapi. Apalagi semua fasilitas tersedia seperti papan tulis putih, LCD, maupun
juga TV. Selain itu juga, kursi maupun meja masih bagus sampai sekarang dan
tidak ada coretan sama sekali. Sungguh sangat elit, menurutku. Jika kau
bertanya bagaimana dengan penghuni kelas ini, maka ku jawab mereka juga
orang-orang yang tidak bisa diremehkan. Hampir seluruh isi kelas adalah anak
dari orang-orang yang memiliki harta lebih. Dan sisanya orang-orang yang
sederhana.
Sedangkan aku ini hanyalah siswa
biasa yang beruntung bisa sekolah disini. Biaya masuk saja malah orang tua
sepupuku yang membayarnya. Karena aku yatim piatu maka paman dan bibiku yang
mengurusi dan membayar biaya pendidikanku ini. Awalnya ada rasa sungkan kepada
mereka yang mengasuhku tetapi aku membayarnya dengan bekerja sebagai pembantu
dirumah mereka.
Kalau boleh kukatakan hubunganku
denganku keluargaku yang sekarang tidak begitu harmonis. Meskipun sama saja
seperti disekolah. Pada kenyataannya aku lebih senang memilih untuk tinggal
disekolah daripada dirumah itu.
Memikirkannya saja sudah membuat
dadaku sesak. Lebih baik aku berhenti untuk memikirkan itu. Toh juga tidak akan
terjadi perubahan pada hidupku ini.
“Selamat siang, semua"
“Siang pak!”
Guru kelasku menyapa seluruh siswa
dikelas secara formal seperti biasa. Namun, ada yang sedikit berbeda ketika dia
berjalan masuk ke dalam kelas. Ku perhatikan dia berjalan layaknya seperti gaya
berjalannya orang yang pincang. Tetapi apa mungkin ini hanya perasaanku saja.
Pada situasi ini semua siswa malah bersikap seperti tidak ada apa-apa. Mereka
bertindak seperti biasanya yaitu, mengobrol, memngambil buku dari tas ataupun
melamun.
Apa mereka semua tidak memperdulikannya?
Yang jelas itu masalahnya mereka.
Aku agak merasa kasihan dengan
sifat cuek yang dimilki oleh semua orang-orang yang ada didalam kelas ini.
Padahal yang didepan mereka itu adalah gurunya. Ya setidaknya sedikit sajalah
beri perhatian, mungkin seperti bertanya mengenai keadaan gitu.
“Kemarin saya ada beri tugas?”
“Sepertinya gak ada tugas sama
sekali pak. Kan kemarin bapak langsung minta tugasnya langsung dikumpulkan”
Jawab dari ketua kelasku yang duduk
tepat berhadapan dengan meja guru. Namanya Vania Yolland, dan dia adalah salah
satu dari cewe yang banyak ditaksir oleh siswa cowo dikelas ini. Mungkin tidak
hanya dikelas ini tapi hampir semua siswa cowo dari seluruh kelas yang ada
disekolah ini yang menaksirnya, menurutku.
Dia itu sangat cantik dan juga
selalu menjadi nomor satu dikelas ini baik itu pelajaran maupun juga lainnya.
Memiliki banyak teman maupun kenalan disekolah ini maupun juga diluar.
Kalau kau itu cowo dan menjadi
pacarnya pasti kau bakalan diteror atau dibenci oleh beberapa orang yang
menyukainya.
Aku bukannya bermurah hati untuk
memujinya tapi pada kenyataan dia memang seperti itu. Mungkin dikelas ini hanya
dia siswa yang sempurna, menurutku.
Ayahnya adalah walikota dikotaku ini
dan ibunya adalah kepala sekolah ini. Ditambah lagi juga dia adalah seorang
pianis terbaik yang selalu juara pertama setiap dia ikut perlombaan ataupun
turnamen.
Aku kira hidupnya lebih terjamin,
baik itu didalam sekolah maupun diluar sekolah.
“Dreeet”
Tiba-tiba ada yang bergetar dari
kantong bajuku. Getaran itu sempat membuatku kaget yang tidak lain lagi yang
berasal dari HP-ku.
Tapi tunggu dulu, bukankah aku
sudah mematikannya. Bagaimana bisa menyala lagi? Aku bertanya-tanya dalam
diriku. Tapi lebih baik aku lihat keganjilan ini.
Mungkin saja tadi tertekan badanku
dan akhirnya menyala. Aku berusaha menghibur diriku sendiri, karena sebenarnya
aku tidak kuat dengan hal-hal yang berbau horror.
Pelan-pelan aku mengambil HP-ku
dari saku baju. ku jauhkan kepalaku saat sudah kupegang. Lalu aku buka tanganku
perlahan-lahan. Dan kulihat HP-ku masih dalam keadaan mati.
Aku menjadi sangat kebingungan
sekarang. Kalau HP-ku masih mati lalu apa yang bergetar tadi.
Bagiku seratus persen getaran tadi
berasal dari HP-ku. Tapi kenyataannya HP-ku
masih dalam kondisi masih mati.
Aku kira sudah saatnya untuk
mengganti yang lama dan baru. Mungkin HP-ku ini rusak.
Aku masukkan lagi HP kedalam saku
baju. disaat yang bersamaan HP kembali bergetar dan kali ini diikuti dengan nada
ringtone. Kulihat yang menelponku adalah nomor yang tadi.
Seluruh ruang terisi dengan bunyi
dari HP-ku itu. Dan semua wajah tertuju kearahku.
“Cliff, matikan HP-mu sekarang kita
lagi dalam pelajaran”
Aku menganggukan kepalaku menjawab
kata-kata dari guru. Ku coba matikan HP tapi ia tidak mau untuk mati. Aku
benar-benar dalam situasi yang memalukan hari ini.
“Akan kugantung ditiang bendera
orang yang pakai nomor ini!”
Aku bersungut-sungut sendiri sambil
membuka casing HP. Mengambil baterai dan kemudian masalah selesai, pikirku.
Tapi sesuatu yang seharusnya tidak mungkin terjadi malah terjadi.
“Ini mustahil”
Dengan kedua mataku aku melihat
tangan kiriku memegang baterai dari HP, tapi HP tersebut masih berdering
nyaring. Tidak bisa dipercaya.
“Yang dibelakang sana! HPnya
dimatikan!”
Bibirku terasa sangat kaku dan yang
aku lakukan hanya menatap mata ke guru seperti orang kebingungan. Aku tidak
bisa menggerakan mulutku.
Seluruh badan menjadi bergetar
seperti orang yang ketakutan. Aku mencoba untuk menghentikan rasa gemetaran
tersebut. Tapi ketakutan ini sepertinya mulai mengendalikan gerak tubuhku.
Jari-jari tanganku mulai bergerak tidak jelas dan menekan hampir semua tombol
di HP.
Sampai akhirnya jari-jariku menyentuh tombol dial. Seketika
nada dering pun menjadi berhenti.----------- Bersambung
Memang panjang ya membuat cerita seperti ini, apalagi ini masih awal. Mungkin sekarang bukan CerPen lagi namax. Tapi aku sangat butuh masukkan dari teman2 sekalian mengenai ceritax. Karena aku rasa masih belum puas untuk bagian awal. Meskipun proses sudah mau tahap penyelesaian tapi tetap saja ngin ku rombak. Hhe.
Setelah menerima masukkan dari teman2 maka akan ku berikan lagi lanjutan mengenai cerita dari Silent Hill The Graduate. Sampai jumpa lagi di post-ku berikutx. Sehat selalu & Salam ( ' w')=oo=('o ' ) #BrosFists
Sumber Gambar: 1)Deviantart.com
0 komentar:
Posting Komentar