Hidup Benar-Benar Bisa Dinikmati Kalau Menjadi Dirimu Sendiri

Kamis, 03 April 2014

Silent Hill The Graduation Edisi 2

Danshi no Blog - Ini nih lanjutanx. Silakan dibaca teman2.



Silent Hill Pyramid Head

“Aa iya ka?”
“Bener tau!”
“Jelas saja banyak yang gak mau sama dia!”
“Ahaha!”
Walaupun aku sudah tidak memperdulikan suara mereka. Tapi kenyataan aku masih merasa terganggu dengan keberisikannya. Aku jadi tidak berniat untuk mengerjakan tugasku ini disekolah.
Kututup bukuku itu dan kusimpan kedalam tas. Setelah itu untuk menghabiskan waktu kukira lebih baik main game di HP saja, pikirku.
Ketika kedua tanganku sedang memegang HP, tiba-tiba HP-ku bergetar. Kulihat ada panggilan telpon yang masuk, namun nomor itu tidak aku kenal.
Aku pikir lebih baik aku abaikan saja dan menunggu sampai berhenti bergetar.
Tapi sudah beberapa menit terlewati dan HP-ku tetap saja bergetar. Kulihat tetap saja nomor yang tidak aku kenal itu yang menelponku tanpa henti. Karena waktuku sudah terbuang percuma karena menunggu, akhirnya aku mengangkatnya.
“Halo!”
Tidak ada suara orang yang aku dengar. Jawaban yang aku terima juga hanya suara berisik seperti suara dari siaran TV yang sedang tidak ada sinyal.
Aku kira ada orang usil yang mencoba mengerjaiku disiang bolong ini.
Kulihat semua wajah orang-orang yang ada dikelasku. Aku pikir pasti diantara mereka ada yang berniat untuk mengerjaiku. Tapi aku tidak menemukkan sama sekali orang yang mencurigakan. Lebih baik aku aku abaikan saja, pikirku.
Aku terlalu PD sekali kalau diantara mereka semua ada yang berniat untuk mengerjaiku. Apalagi aku hanya sebagai angin disekeliling mereka.
Saat aku pegang lagi HP-ku, untuk yang kesekian kalinya HP-ku bergetar lagi. Dan kulihat tetap saja yang menelpon dari nomor yang tadi.
Aku tidak mau ambil pusing langsung saja ku matikan HP-ku dan kutaruh disaku baju. Pada akhirnya tidak ada yang bisa kulakukan lagi selain duduk diam dan memerhatikan cewe-cewe yang merumpi didepanku sambil menunggu guruku datang.
Kadang beginilah kehidupan sekolahku. Tidak ada yang menarik maupun juga tidak memiliki teman. Tidak ada yang menarik, bukan? Alasannya? Kalau aku mau aku ingin sekali menjadi cowo yang normal dan memiliki teman seumuran denganku. Tapi kau tahukan kalau diriku mengidap penyakit kejiwaan. Kadang karena penyakit ini menghambatku untuk bisa memiliki teman maupun juga menjalani kehidupan sosial seperti biasanya.
Agak mengesalkan bukan? Tapi aku tidak merasa kecewa karena kekecewaanku hanya untuk  adikku yang hilang, jadi masalah tidak punya teman tidak terlalu menjadi persoalan besar buatku.
Tidak lama ku melihat dari luar pintu kelas ada guru yang berjalan kekelasku. Akhirnya waktu yang aku tunggu-tunggu datang juga.
Kelasku memang sangat bagus dan rapi. Apalagi semua fasilitas tersedia seperti papan tulis putih, LCD, maupun juga TV. Selain itu juga, kursi maupun meja masih bagus sampai sekarang dan tidak ada coretan sama sekali. Sungguh sangat elit, menurutku. Jika kau bertanya bagaimana dengan penghuni kelas ini, maka ku jawab mereka juga orang-orang yang tidak bisa diremehkan. Hampir seluruh isi kelas adalah anak dari orang-orang yang memiliki harta lebih. Dan sisanya orang-orang yang sederhana.
Sedangkan aku ini hanyalah siswa biasa yang beruntung bisa sekolah disini. Biaya masuk saja malah orang tua sepupuku yang membayarnya. Karena aku yatim piatu maka paman dan bibiku yang mengurusi dan membayar biaya pendidikanku ini. Awalnya ada rasa sungkan kepada mereka yang mengasuhku tetapi aku membayarnya dengan bekerja sebagai pembantu dirumah mereka.
Kalau boleh kukatakan hubunganku denganku keluargaku yang sekarang tidak begitu harmonis. Meskipun sama saja seperti disekolah. Pada kenyataannya aku lebih senang memilih untuk tinggal disekolah daripada dirumah itu.
Memikirkannya saja sudah membuat dadaku sesak. Lebih baik aku berhenti untuk memikirkan itu. Toh juga tidak akan terjadi perubahan pada hidupku ini.
“Selamat siang, semua"
“Siang pak!”
Guru kelasku menyapa seluruh siswa dikelas secara formal seperti biasa. Namun, ada yang sedikit berbeda ketika dia berjalan masuk ke dalam kelas. Ku perhatikan dia berjalan layaknya seperti gaya berjalannya orang yang pincang. Tetapi apa mungkin ini hanya perasaanku saja. Pada situasi ini semua siswa malah bersikap seperti tidak ada apa-apa. Mereka bertindak seperti biasanya yaitu, mengobrol, memngambil buku dari tas ataupun melamun.
Apa mereka semua tidak memperdulikannya? Yang jelas itu masalahnya mereka.
Aku agak merasa kasihan dengan sifat cuek yang dimilki oleh semua orang-orang yang ada didalam kelas ini. Padahal yang didepan mereka itu adalah gurunya. Ya setidaknya sedikit sajalah beri perhatian, mungkin seperti bertanya mengenai keadaan gitu.
“Kemarin saya ada beri tugas?”
“Sepertinya gak ada tugas sama sekali pak. Kan kemarin bapak langsung minta tugasnya langsung dikumpulkan”
Jawab dari ketua kelasku yang duduk tepat berhadapan dengan meja guru. Namanya Vania Yolland, dan dia adalah salah satu dari cewe yang banyak ditaksir oleh siswa cowo dikelas ini. Mungkin tidak hanya dikelas ini tapi hampir semua siswa cowo dari seluruh kelas yang ada disekolah ini yang menaksirnya, menurutku.
Dia itu sangat cantik dan juga selalu menjadi nomor satu dikelas ini baik itu pelajaran maupun juga lainnya. Memiliki banyak teman maupun kenalan disekolah ini maupun juga diluar.
Kalau kau itu cowo dan menjadi pacarnya pasti kau bakalan diteror atau dibenci oleh beberapa orang yang menyukainya.
Aku bukannya bermurah hati untuk memujinya tapi pada kenyataan dia memang seperti itu. Mungkin dikelas ini hanya dia siswa yang sempurna, menurutku.
Ayahnya adalah walikota dikotaku ini dan ibunya adalah kepala sekolah ini. Ditambah lagi juga dia adalah seorang pianis terbaik yang selalu juara pertama setiap dia ikut perlombaan ataupun turnamen.
Aku kira hidupnya lebih terjamin, baik itu didalam sekolah maupun diluar sekolah.
“Dreeet”
Tiba-tiba ada yang bergetar dari kantong bajuku. Getaran itu sempat membuatku kaget yang tidak lain lagi yang berasal dari HP-ku.
Tapi tunggu dulu, bukankah aku sudah mematikannya. Bagaimana bisa menyala lagi? Aku bertanya-tanya dalam diriku. Tapi lebih baik aku lihat keganjilan ini.
Mungkin saja tadi tertekan badanku dan akhirnya menyala. Aku berusaha menghibur diriku sendiri, karena sebenarnya aku tidak kuat dengan hal-hal yang berbau horror.
Pelan-pelan aku mengambil HP-ku dari saku baju. ku jauhkan kepalaku saat sudah kupegang. Lalu aku buka tanganku perlahan-lahan. Dan kulihat HP-ku masih dalam keadaan mati.
Aku menjadi sangat kebingungan sekarang. Kalau HP-ku masih mati lalu apa yang bergetar tadi.
Bagiku seratus persen getaran tadi berasal dari HP-ku. Tapi kenyataannya HP-ku  masih dalam kondisi masih mati.
Aku kira sudah saatnya untuk mengganti yang lama dan baru. Mungkin HP-ku ini rusak.
Aku masukkan lagi HP kedalam saku baju. disaat yang bersamaan HP kembali bergetar dan kali ini diikuti dengan nada ringtone. Kulihat yang menelponku adalah nomor yang tadi.
Seluruh ruang terisi dengan bunyi dari HP-ku itu. Dan semua wajah tertuju kearahku.
“Cliff, matikan HP-mu sekarang kita lagi dalam pelajaran”  
Aku menganggukan kepalaku menjawab kata-kata dari guru. Ku coba matikan HP tapi ia tidak mau untuk mati. Aku benar-benar dalam situasi yang memalukan hari ini.
“Akan kugantung ditiang bendera orang yang pakai nomor ini!”
Aku bersungut-sungut sendiri sambil membuka casing HP. Mengambil baterai dan kemudian masalah selesai, pikirku. Tapi sesuatu yang seharusnya tidak mungkin terjadi malah terjadi.
“Ini mustahil”
Dengan kedua mataku aku melihat tangan kiriku memegang baterai dari HP, tapi HP tersebut masih berdering nyaring. Tidak bisa dipercaya.
“Yang dibelakang sana! HPnya dimatikan!”
Bibirku terasa sangat kaku dan yang aku lakukan hanya menatap mata ke guru seperti orang kebingungan. Aku tidak bisa menggerakan mulutku.
Seluruh badan menjadi bergetar seperti orang yang ketakutan. Aku mencoba untuk menghentikan rasa gemetaran tersebut. Tapi ketakutan ini sepertinya mulai mengendalikan gerak tubuhku. Jari-jari tanganku mulai bergerak tidak jelas dan menekan hampir semua tombol di HP.
Sampai akhirnya jari-jariku menyentuh tombol dial. Seketika nada dering pun menjadi berhenti.

 ----------- Bersambung

Memang panjang ya membuat cerita seperti ini, apalagi ini masih awal. Mungkin sekarang bukan CerPen lagi namax. Tapi aku sangat butuh masukkan dari teman2 sekalian mengenai ceritax. Karena aku rasa masih belum puas untuk bagian awal. Meskipun proses sudah mau tahap penyelesaian tapi tetap saja ngin ku rombak. Hhe.

Setelah menerima masukkan dari teman2 maka akan ku berikan lagi lanjutan mengenai cerita dari Silent Hill The Graduate. Sampai jumpa lagi di post-ku berikutx. Sehat selalu & Salam ( ' w')=oo=('o ' ) #BrosFists

Sumber Gambar: 1)Deviantart.com

0 komentar:

Posting Komentar